JALAN KEBENARAN HANYA SATU.




بِـسْـــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْـمٰـنِ الرَّحـِــــــــــــــيْمِ

”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Allah SWT berfirman:

وَّلِيَـعْلَمَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ اَنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوْا بِهٖ فَـتُخْبِتَ لَهٗ قُلُوْبُهُمْ ۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَهَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ.

"Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa (Al-Qur'an) itu benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepada-Nya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 54)

Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَضِبَ فَقَالَ أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي.

Umar bin Khathab (datang) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil membawa sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahli Kitab. Kemudian Nabi dibacakan kitab tersebut. Nabi marah dan bersabda,”Apakah engkau merasa bingung dengan apa yang ada di dalamnya, wahai putra Khathab? Demi Dzat, yang jiwaku berada di tanganNya. Sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa sesuatu yang jelas. Janganlah kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang satu hal, karena (mungkin, Red) mereka akan memberitahu kalian satu kebenaran, akan tetapi kalian mendustakannya. Atau mereka mengabarkan satu kebatilan, akan tetapi kalian percaya. Demi Dzat, yang jiwaku berada di tanganNya. Seandainya Musa masih hidup, maka wajib baginya untuk mengikutiku. [HR Ahmad, Ibnu Abi Ashim, dan dinyatakan hasan oleh Al Albani]

Al Qur’an dan As-Sunnah yang sempurna ini, begitu agungnya di hati-hati para Ulama Salafush Shaleh, sehingga mereka benar-benar mendahulukan Al Qur’an dan As-Sunnah di atas seluruh ucapan makhluk. Berikut nukilannya :

Azzuhri rahimahullah  berkata:

كان من مضى من علمائنا يقول: الاعتصام بالسنة نجاة

“Para ulama kita terdahulu mengatakan, ‘Berpegang teguh dengan Sunnah adalah keselamatan’”.

Imam Malik rahimahullah berkata :

السنة سفينة نوح، من ركبها نجا و من تخلف عنها غرِق

“Sunnah itu seperti perahu Nabi Nuh. Siapa saja yang menaikinya, maka selamat. Dan siapa saja yang terlambat menaikinya, maka ia akan tenggelam (binasa)”.

Berkata Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dlm. kitabnya I’laamul Muwaqqi’iin:2/200,

وقد نهى الأئمة الأربعة عن تقليدهم، وذمّوا من أخذ أقوالهم بغير حجة

“Para Imam yang empat melarang taqlid kepada mereka (jika mampu-pent), dan mereka mencela orang yang mengambil ucapan-ucapan mereka tanpa dalil” (Tafsir Adwaa`ul Bayaan: 1621)

Berkata Ash-Shon’ani rahimahullah,

وأما الأئمة الأربعة؛ فإن كلاً منهم مصرح بأنه لا يقدم قوله على قول رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Dan adapun Imam yang empat , masing-masing mereka terang-terangan menyatakan bahwa tidak boleh ada satu ucapan makhluk pun yang didahulukan daripada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Irsyaadun Nuqqood ila taisiril Ijtihaad: 141).

Ucapan Imam yang empat rahimahumullah Ta’ala.

1. Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah, beliau berkata :

إذا صح الحديث فهو مذهبي

“Jika telah shahih sebuah hadits, maka itu adalah madzhabku” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 50).

إذا وجدتم في كتابي خلاف سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم؛ فقولوا بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم، ودعوا ما قلته

“Jika kalian mendapatkan di kitabku pendapatku yang menyelisihi Sunnah Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berpeganglah dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tinggalkan apa yang telah aku katakan" (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 50).

2. Imam Daril Hijrah, Malik bin Anas rahimahullah, beliau berkata:

إنما أنا بشر أخطىء وأصيب؛ فانظروا في رأيي؛ فكل ما وافق الكتاب والسنة؛ فخذوه، وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة؛ فاتركوه

“Sesungguhnya saya manusia, saya bisa salah dan bisa benar, maka perhatikanlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, maka ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, maka tinggalkanlah" (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal.48).

3. Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit rahimahullah, beliau berkata :

إذا صح الحديث فهو مذهبي

“Jika telah shahih sebuah hadits, maka itu adalah madzhabku” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 46).

4. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, beliau berkata:

لا تقلدني ولا تقلد مالكًا ولا الشافعي ولا الأوزاعي ولا الثوري، وخذ من حيث أخذوا

“(Jika mampu ) Janganlah kalian taqlid kepadaku, dan jangan pula kepada Imam Malik, Syafi’i, Auza’i dan Ats-Tsauri dan ambillah hukum dari sumber dalil yang mereka ambil (baca: dari Al Qur’an dan As-Sunnah)” (dinukil dari Shifah Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 53).

Imam Ishaq bin Raahawaih rahimahullah,

من بلغه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم خبرٌ يُقرُّ بصحته ثم رده بغير تقية فهو كافر

“Barangsiapa yang sampai kepadanya sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang ia akui keshahihannya, kemudian ia menolaknya tanpa sembunyi-sembunyi.

Penutup.

Demikianlah penjelasan tentang “Jalan Kebenaran Hanya Satu”, yaitu jalan Al Qur’an dan As-Sunnah yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As-Sunnah, hanya saja, tidak boleh kita memahami Al Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman sendiri, haruslah dengan pemahaman Salafush Shaleh (Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in radhiyallahu ‘anhum), sebagaimana, Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَـهُ الْهُدٰى وَ يَـتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَـنَّمَ ۗ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا.

"Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 115)

Ketahuilah, sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di dalam ayat ini adalah para shahabat Rasulullah dan generasi pertama dari umat ini.

Dan Salafush Sholeh, generasi pertama dari umat ini, mereka memiliki keutamaan yang besar sebagaimana yang terdapat dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

dari Hadits Ibnu Mas’ud ra. bahwa sesungguhnya Nabi  bersabda :

خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونهم

“Sebaik-baik manusia adalah kurunku (Sahabat), kemudian orang-orang yang setelahnya (Tabi’in), lalu orang-orang yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in)”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Wallaahu a’lam.

🙏 🙏🙏

Allah SWT berfirman: ”Dia-lah yang mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama, meskipun orang-orang musyrik benci.” [Ash Shaf:9]


Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah.

TAWADLU'/RENDAH HATI. ”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. وَعِبَا دُ الرَّحْمٰنِ الَّذِ...