”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
وَعِبَا دُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَ رْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَا طَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَا لُوْا سَلٰمًا
"Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, salam,"
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 63).
Rasûlullâh ﷺ bersabda:
مَنْ ذُكِرْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَّيَّ دَخَلَ النَّارَ.
”Barang siapa disebutkan namaku tapi tidak membacakan shalawat atasku maka ia masuk neraka.”
Karena membaca shalawat untuk Nabi ketika disebut namanya adalah wajib, demikian pendapat At-Thohawi.
Sebagian ulama berpendapat: ”Cukup membaca shalawat sekali saja bila mendengar nama Muhammad disebut dalam Majlis walaupun ia disebut berulang-ulang”. Seperti halnya mendo'akan orang-orang yang bersin. Tapi yang lebih baik adalah mengucapkan setiap disebut nama Muhammad.
Rasûlullâh ﷺ bersabda: bahwa Allah berfirman:
اَلْكِبْرِيَاهُ رِدَالِىْ وَالْعَطَمَةُ اِزَارِىْ، فَمَنْ نَازَعَنِى فِيهِمَا اٍَلْقَيْتُهُ فَي النَّارِوَلَا اُبَالِى.
”Sombong adalah merupakan selendang-Ku. Keagungan adalah merupakan sarung-Ku, barang siapa yang merobeknya atau merebutnya, maka akan Aku campakkan ia dalam api neraka dan tidak akan Aku perhatikan.”
Maksud dari hadits ini adalah, bahwa bahwa kesombongan dan keangkuhan adalah sifat Allah, maka adalah tidak pantas bila hamba yang lemah akan sombong dan angkuh.
Ada tiga orang yang tidak diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak pula diperhatikan. Baginya adalah siksaan yang sangat pedih. Mereka ialah: Orang tua yang berzina, Raja yang khianat, orang kafir yang sombong.
Orang yang tidak mampu memberi nafkah kepada keluarganya, tapi sombong tidak mau meminta, serta tidak mau menerima zakat atau shadaqah ataupun dan dari baitul maal karena sombong, maka berdosalah ia karena dengan demikian akan dapat mendatangkan bahaya bagi keluarganya.
Rasûlullâh ﷺ bersabda:
مَنْ تَوَا ضَعَ رَفَعَهُ اَللّٰهُ، وَمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ اَللّٰهُ.
”Barang siapa yang merendahkan diri, Allah akan menyambutnya dan barang siapa yang sombong maka Allah akan meremehkan dan merendahkan.”
Pada hadits yang lain juga Rasûlullâh ﷺ bersabda:
لَايَدْ خُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِىْ قَلْبِهِ مِشْقَالُ ذَرَّةٍ كِبْرٍ .
”Tidaklah masuk surga orang-orang yang di dalam hatinya terdapat sombong walaupun sebesar atom.”
Sifat sombong itu dapat menghalangi jalan masuk surga, sedangkan sifat takabur merupakan pemisah antara hamba dengan akhlak orang-orang yang beriman semuanya. Sedangkan akhlak itu merupakan pintu surga.
Di antara tanda dari pada sifat merendahkan diri adalah seorang laki-laki yang mau meminum bekas dari pada saudaranya. Maka pahala bagi dirinya adalah tujuh puluh kebagusan, dan dihapus tujuh puluh kejahatan, dan diangkat ke derajat yang lebih tinggi.
Ada beberapa pekerjaan yang dapat menimbulkan sifat rendah hati, yaitu: mengembala kambing, naik himar, memakai kain dari bulu, duduk bersama-sama orang kafir, dan makan bersama mereka dan keluarganya. Hasil yang akan dicapai dari pada sifat tawadlu' adalah agar kamu mau membacakan salam kepada siapa yang kamu jumpai.
Rasûlullâh ﷺ bersabda:
مَنْ خَصَفَ نَعْلَهُ وَرَفَّعَ ثَوْبَهُ غَبَّرَ وَجْهَهُ لِلّٰهِ فِى السُّجُوْدِ فَقَدْ بَرِئَ مِنَ الْكِبْرِ .
”Barang siapa yang mau menjahit sandal dan pakaiannya serta mau mengotori wajahnya dengan debu karena Allah dalam sujud, maka ia telah lepas dari sifat takabur.”
Qoisin bin Hazmin berkata: ”Tatkala Umar bin Khattab pergi ke Syam naik onta bersama dengan pembantunya. Maka dengan bergiliran, bila Umar naik maka pembantunya yang memegang tali, dan bila pembantunya yang naik maka Umar yang memegang talinya, begitu seterusnya sampai di tempat yang dituju. Ketika sampai di Syam datanglah giliran Umar yang menarik tali, dalam perjalanan tersebut Umar memegang tali onta dan mengempit sandalnya di bawah ketiak yang kiri.
Dalam perjalanan seperti ini Abu Ubaidah Gubernur Syam mengetahuinya dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, para pembesar Syam telah keluar untuk menjemput anda, maka tidaklah pantas bila mereka melihat anda seperti ini." Umar berkata: "Sungguh dengan sebab Islam kita telah mulia, maka tidak peduli dengan omongan orang."
Diriwayatkan bahwa Muthorif melihat Mahlab bertingkah sombong dalam memakai jubah, maka Mutharif menegurnya, "Hai hamba Allah, sesungguhnya jalanmu yang seperti itu tidak disukai Allah dan Rasul-Nya. "Mahlab: "Tidakkah engkau tahu siapa saya?" Mutharif menjawab: "Yah, saya tahu siapa anda, anda adalah mani yang kotor dan akhir anda adalah bangkai busuk yang menjijikkan, dan lagi pula bahwa di antara keduanya adalah kehidupan di mana anda membawa kotoran." Kemudian Mahlab terus berlalu dan bertobat.
Dalam suatu riwayat diceritakan, bahwa ketika Rasûlullâh ﷺ hijrah ke Madinah. Maka sewaktu memasuki kota Madinah segera para pemuka dan jutawan Madinah segera menghampiri dan menarik tali himar beliau. Maka Rasûlullâh ﷺ bersabda: "Biarkan mereka berjalan sendiri karena ia telah mendapat perintah dari Allah. Mereka pun melepaskan tali tersebut, dan himar pun berjalan sendiri melalui para pengawal sehingga setiap melalui rumah penduduk mereka bersedih dan berkata dalam dirinya: "Andaikan Rasûlullâh berkenan singgah di rumah kami, maka bahagialah kami dan keluarga kami."
Setelah sampai di depan pintu rumah Abu Ayub Al-Anshory, himar tersebut berhenti dan mendekam. Mereka pun segera berusaha membangkitkan agar berjalan, tapi unta tersebut tidak juga mau bangun, kemudian turunlah Jibril dan berkata: "Hai Muhammad turunlah disini karena sesungguhnya dia (pemilik rumah) sangat tawadlu' sekali ketika engkau memasuki kota Madinah."
Penduduk Madinah pun segera berusaha memperbaiki rumah Abu Ayub Al-Anshory dan membersihkannya seraya berkata: "Sebaiknya Rasûlullâh singgah di rumah kami saja." Abu Ayub sendiri berkata: "Aku adalah orang yang fakir mana mungkin Allah menetapkan Rasûlullâh untuk singgah di rumahku." Maka Allah memerintahkan Nabi untuk segera singgah di rumahnya. Ada pun mengapa rumah Ayub sebagai tempat singgahnya adalah karena pemilik rumah tersebut sangat tawadlu'.
Diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih bahwa seorang laki-laki dari bani Israil selalu beribadah kepada Allah selama tujuh puluh tahun tidak berhenti kecuali hanya beberapa tahun saja. Pada suatu ketika mereka berdo'a kepada Allah tapi Allah tidak mengabulkannya dan Allah berfirman; "Hai anak Adam, tawadlu' adalah lebih baik daripada beribadah selama tujuh puluh tahun." Maka kepada para pembaca, jadikanlah hal ini sebagai i'tibar dan jadilah orang-orang yang tawadlu'.
Diriwayatkan oleh Ka'ab Al-Ahbar bahwa Allah Ta'ala berfirman kepada Musa as.:
"Wahai Musa apakah engkau mengerti mengapa Aku berbicara langsung kepadamu."
Musa: "Engkau Maha Tahu tentang itu semua."
Allah : "Aku mengetahui setiap hati manusia, tapi tidak pernah melihat hati yang lebih tawadlu' seperti hatimu, karena itulah Aku berbicara langsung."
Musa: "Engkau Maha Tahu tentang itu semua."
Allah : "Aku mengetahui setiap hati manusia, tapi tidak pernah melihat hati yang lebih tawadlu' seperti hatimu, karena itulah Aku berbicara langsung."
Dikatakan bahwa ada enam benda yang bertawadlu' kepada Allah, sehingga Allah mengangkat dan meninggikan derajatnya, enam benda tersebut adalah:
- Gunung: ia adalah menjadi dan tinggi ketika Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku telah mendaratkan perahu Nuh dan seisinya di atas sebuah gunung dari antara kamu sekalian."
- Gunung Tursina, adalah salah satu yang tidak meledak yang di sebabkan karena tawadlu', sedangkan gunung yang lain meletus.
- Ikan Yu, adalah ikan yang paling tawadlu', ketika mendengar Allah akan memasukkan Yunus pada perut ikan, dimana semua ikan telah takabur mendengar berita tersebut, kecuali ikan Yu yang tidak takabur.
- Semua barang merasa takabur ketika Allah berfirman bahwa Allah akan menaruh obat pada paruhnya, hanya satu burung saja yang tidak takabur dan dialah yang diberi obat pada paruhnya karena sifat tawadlu'.
- Kedudukan Nabi Muhammad di atas segala Nabi-Nabi adalah karena sifatnya yang sangat tawadlu'.
- Orang mukmin yang sangat tawadlu' akan mendapat pahala dari Allah.
مَنْ اَكْرَمَ عَالِمًافَقَدْ اَكْرَمَ مُتَعَلِمًا فَقَدْ اَكْرَمَ سَبْعِيْنَ سَهِيْدًا، وَمَنْ اَحَبَّ الْعَالِمَ لَاتُكْتَبُ عَلَيْهِ حَطِيْـئَتُهُ اَيَامَ حَيَاتِهِ .
"Barang siapa yang memuliakan orang alim, maka seperti menghormati tujuh puluh Nabi, dan barang siapa menghormati guru, maka ia telah menghormati tujuh puluh orang alim, maka selama hidupnya tidak akan ditulis kesalahannya.
Sumber: Buku butir-butir MUTIARA HIKMAH.
Terjemah Dari Kitab ”DURRATUN NASIHIN” Karya Usman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al Khaubawiyyi.
Terjemah Dari Kitab ”DURRATUN NASIHIN” Karya Usman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al Khaubawiyyi.